Mulai meredanya tekanan ekonomi setelah pelaksanaan vaksin Covid-19 membuat prospek harga saham emiten perbankan terus membaik, termasuk BBRI milik Bank BRI.
Saham bank pelat merah ini mengalami kenaikan harga sebesar 9,83 persen menjadi Rp 4.580 sejak awal tahun 2021.
Agus Pramono, Analis Aldiracita Sekuritas Indonesia, turut menerangkan sektor perbankan mulai bangkit setelah sebelumnya tertekan karena pandemi sepanjang 2020 (Bisnis, 19/01/2021).
Ketidakpastian ekonomi akibat pandemi Covid-19 memaksa perbankan untuk melakukan restrukturisasi kredit nasabah secara masif.
Pemerintah Indonesia sigap memberikan berbagai program stimulus yang mulai membuahkan hasil berupa perbaikan kinerja perbankan pada kuartal III 2020.
Menurut Agus, tahun 2021 akan menjadi masa pemulihan ekonomi makro dan stimulus akan tetap menjadi faktor penyelamat perbankan.
Oleh karena itu, dirinya berani menaikkan prospek target harga dari saham-saham bank, baik dari pelat merah maupun swasta, termasuk BRI.
Agus merekomendasikan investor untuk membeli saham BBRI dengan target harga Rp 5.400 per lembar saham.
Sementara itu Jovent Muliadi, Kepala Riset Indo Premier Sekuritas, mempertahankan rekomendasi beli saham BBRI dengan target harga Rp 5.600.
Potensi merger PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM) dalam Bank BRI diyakini akan mendongkrak pendapatan perseroan.
Secara lebih rinci, pendapatan bank yang dekat dengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) itu diproyeksikan akan meningkat 10 persen.
Indo Premier melihat bahwa kemungkinan skema akuisisi akan terjadi melalui penambahan modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD).
Jika menjadi kenyataan, kolaborasi besar ini akan memberi prospek saham Bank BRI menjadi pemimpin pasar (market leader) kreditur mikro.
Artikel menarik lainnya:
Mengesankan, BRI Menutup 2020 dengan Harga Saham BBRI yang Kuat
